My Story


Ijen Creater

      Sabtu, 26 Oktober 2013 lalu aku, 9 orang temanku yaitu SaifuAziz S, Claudia Bunga, Muhammad Ridho M, Fajar Galusa N, Fitri Nur R, Dewi Karomika, Eka Nurul F, Armanda G, dan Meda Vio A., dan mas Ricky (karyawan sekolah, Sie.Informasi) bersama 4 orang teman-temnya bertamasya ke kawah ijen. Rasanya senang sekali, ini adalah pertama kalinya aku mengunjungi kawah ijen. Kami berangkat mengendarai truk tepat pk. 16.30. Kami berkumpul di depan sekolah. Selama perjalanan, aku pun tak berhenti berfikir dan membayangkan bagaimana indanya pesona wisata tempat kelahiranku ini.
      Aku berdiri memandangi sekeliling jalan, keingintahuanku mengenai kawah ijen merajalela. Tersenyum senang, bersenandung memandangi jalan yang tlah ku lalui. Tak ku sangka pemandangannya begitu indah, jalannya pun ekstreem tanjakan dan turunan curam. Aku mulai takut, di sekelilingku hutan berpohon lebat, tinggi dan besar-besar. Aku melihat ke belakang, rumah penduduk sudah mulai tak terlihat. “wahh. . . lindungilah aku dan teman-teman ya Allah” seraya do’aku di dalam hati. Teman-temanku merasa kedinginan, tapi aku pun tidak, rasanya sama dengan suasana di desa nenekku.

      Kami sampai di sana pk. 17.30 ku kira kami langsung ke area kawahnya ternyata ada tempat penginapan dan kantor pelaporan pengunjung. Tempat itu lah yang disebut “paltuding” sebelumnya aku hanya tahu namanya. Dan akhirnya aku dapat mengunjunginya #heheheh. Belum kurasa dingin, aku masih seperti biasanya. Aku bersyukur dapat samapi dengan selamat. Fajar dan Aziz langsung menuju kantor untuk melaporkan kehadirannya dan kawan-kawan. Aku menemui pak supir truknya untuk menentukan waktu penjemputan. Sementara yang lainnya menyiapkan tempat untuk istirahat. Setelah semuanya beres, kami berkumpul di tempat istirahat. Makan bersama, bercerita dan berfoto-foto ria.
                                                       

                                

      Ku lihat jam tanganku, waktu menunjukkan pk.19.30. Aku mengajak Meda untuk beristirahat agar nanti saat pendakian menuju kawah tidak mengantuk. Disisi lain, teman-temanku lainnya sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang berfoto-foto, ada yang asik makan, ada yang membuat api unggun, tapi aku dan Meda asik tidur, heheheh. Aku tidak bisa tidur nyenyak, aku terbangun setiap satu jam, yaaa maklum lah kan tempat umum. Pastinya banyak orang yang juga mengunjungi kawah ijen. Ku lihat kembali jam tanganku, wahh ternyata sudah pk. 23.00. Angin malam pun mulai merasuk ke tubuhku dan aku merasa menggigil kedinginan. Saat itu lah aku baru percaya dinginya kawah ijen. Aku melihat sekelilingku, “lohh,, teman-teman pada kemana??” pikirku bingung. Aku memberanikan diriku keluar, mencari teman-teman. Ternyata mereka juga menggigil kedinginan. Untuk mnegatasinya mereka membuat api unggun. Aku juga ngikut menghangatkan diri Juga.

      Setelah beberapa saat, aku merasa semakin dingin padahal aku berada di dekat api. Aku kembali melihat jam tanganku, waktu menunjukkan pk 00.30. wahhh dinginnya begitu membuat tubuhku kaku. Aku memaki baju panjang, jaket dobel 2, kaos kaki dan sepatu pun masih terasa sangat dingin. Yaaa mau bagaimana lagi, namanya juga di gunung pasti suasanya dingin. 30 menit kemudian, kami beres-beres dan segera mendaki untuk melihat blue fire (api biru) di kawahnya. Sebelum berangkat, Ganis sempat melihat alat ukur suhu lingkungan yang terpasang di tiang kantor. Wahhh pantas saja begitu dingin ternyata suhunya 13 derajat Celcius. Lalu kami melanjutkan perjalanan. Sebelumnya kami juga berfoto-foto ria.

      Perjalanannya tak semudah yang ku kira. Jalannya naik turun curam sekali. Saat itu aku sempat berbincang-bincang sedikit mengenai sudut kemiringan tanjakan bersama Ganis, wah katanya ada yang 75 derajat. Aku penasaran sekali bagaimana cara menaikinya. Tetapi aku tidak bisa melampiaskan rasa penasaranku, belum dapat separuh perjalanan aku merasa pusing sekali jantungku berdetak cepat, sulit sekali bernafas rasanya. Lalu kami menghentikan perjalanan sejenak, begitu seterusnya dan hal itu terjadi pada Fitri pula. Setelah beberapa saat, teman-temanku menghawatirkanku dan Fitri, mereka menyarankan agar aku dan Fitri kembali saja ke paltuding agar tidak terjadi apa-apa di atas nanti. Mereka juga berjanji akan mengambil gambar blue fire untukku. Agar aku dapat melihatnya meskipun tak dapat iku naik. Yaaah sedih rasanya, aku tidak bisa melihat blue fire. Padahal tujuan utama kami kesana adalah ingin melihat blue fire. Ya taka apa lah, aku berfikir dari pada nanti aku merepotkan teman-temanku ya lebih baik aku turun saja, toh kan masih ada lain waktu aku bisa mengunjungi ijen lagi. Untungnya ada teman mas Ricky juga ingin turun juga, namanya mas Iwan. Wah Alhamdulilah dalam keadaan gelap ada yang menemani. Akhirnya kami bertiga turun bersama. Sesampainya di paltuding, mas Iwan langsung berpamitan pulang, padahal masih pk 02.30 tapi dia nekat saja mau pulang Kurang lebih 4jam aku dan Fitri menunggu teman-teman turun dari atas gunung. Kira-kira pk. 08.00 kami berkumpul bersama dan sarapan. Sambil menunggu dijemput. Tepat pk. 11.00 truk yang jemput kami pun datang, wahh senang rasanya. Selesai sudah perjalanan kami bertamasya ke kawah Ijen. ini lhoo. .  blue fire.nya . .



Tidak ada komentar:

Posting Komentar